Sabtu, 04 Desember 2010

Aku si Wanita yang Percaya Takdir


Banyak orang yang tak peduli dengan yang namanya takdir, dan banyak juga orang yang bergantung dan pasrah oleh takdir. Seakan akan hidupnya hanya untuk takdir yang membuatnya menjadi tidak ingin berusaha. Aku sendiri percaya dengan yang namanya takdir!
Sebagai manusia, kita harus selalu berusaha agar mendapatkan segala sesuatu yang baik. Banyak contoh takdir yang telah ku terima dalam hidupku. Salah satu dari mereka yang selalu hinggap di benakku dan membuatku tersedu-sedu di sudut kamar ialah tentang bapak dan ibuku.
Masih terbayang jelas di benakku bagaimana bapak berjudi di depan rumah; pulang ke rumah pada pukul empat subuh; bapak memukuli dan menyeret ibu ke tengah jalan lalu lintas kendaraan. Itu sungguh mengerikan!
Menurut cerita yang kudapat dari nenek, dulu ibuku merupakan salah satu gadis yang berparas ayu di kampungku. Banyak pria-pria yang mengidamkan hati ibu. Namun ibu tidak pernah tertarik kepada mereka. Bahkan, pria yang mempunyai istripun masih ada yang mencoba mengambil hati ibu. Namun, Tetap saja ibu tau harga diri seorang gadis. Ibu bukan tipe gadis yang merasa nyaman menghancurkan rumah tangga orang lain. Karna ibu tahu bahwa itu akan merendahkan harga dirinya sebagai seorang gadis.
Menurut ibu, para wanita-wanita dan gadis lain bisa mendapatkan lebih dari seorang pria yang telah beristri. Ibu juga berpesan kepadaku agar jangan pernah merasakan dan mengatakan bahwa aku menyukai pria yang telah beristri. Ibu pernah mengatakan, wanita atau gadis yang menyukai pria yang telah beristriatau lebih tepatnya penghancur keluarga orang lain, hal tersebut lebih hina dari seekor anjing berkudis yang menjilat ludahnya sendiri! Bahkan menurutku pribadi, wanita-wanita atau gadis seperti itu lebih hina dari tumpukan-tumpukan bangkai dan lebih pantas untuk di ludahi. Karna mereka tidak mempunyai harga diri sebagai seorang gadis atau wanita sama sekali. Bahkan, lebih memiliki harga diri lagi para banci-banci, dibanding wanita wanita sampah seperti mereka.
Lalu, apa hubungannya mereka dengan takdirku?  Tentunya mereka berhubungan denganku! Mereka memiliki salah denganku dan ibuku, mereka yang merebut bapak. Tapi satu hal yang membuatku bisa memaafkan mereka, walaupun aku menyimpan kebencian yang amat sangat pada mereka--Aku percaya takdir! Aku memiliki takdir untuk merasakan ini semua, bapak memiliki takdir untuk melakukan pengkhianatan kepada ibu, ibu memiliki takdir untuk mendapatkan pengkhianatan dari bapak, dan begitu juga para wanita-wanita itu, mereka pun memilik takdir untuk membuat para pria-pria mengkhianati wanita-wanitanya, Lalu, untuk apa aku permasalahkan? Bukankah itu takdir Tuhan? Aku hanya membenci mereka, tapi aku memaafkan mereka karena Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar